BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Tidur merupakan suatu proses yang
bersifat pasif dan dianggap sebagai keadaan normal dari kehidupan kita.
Pendapat ini dianut oleh para ahli sampai tahun 1950-an. Saat ini diketahui
bahwa saat manusia sedang tidur aktifitas otak sangat aktif. Siklus tidur dan
bangun diregulasikan oleh jam tubuh (body clock). Body clock terletak di dalam
otak yaitu nucleus suprachiasmatic dan mempunyai periode selama 24 jam. Selama
satu periode 24 jam, manusia mempunyai waktu tidur normal selama 6-10 jam. Pola
tidur manusia dipengaruhi oleh umur hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya
gambaran yang khas pada kelompok umur bayi, dewasa dan orang tua. Kelainan
tidur dan pengaruhnya terhadap badan (organ) dan jiwa baik pada orang sehat
maupun orang sakit sudah banyak dipelajari tetapi masih banyak peneliti maupun
klinikus belum memahami misteri tidur. Hal yang paling mendasar sekalipun yaitu
mengapa seseorang harus tidur, apa guna mimpi, proses biologis apa yang
diperlukan untuk proses tidur yang terjadi secara siklik atau mengapa kelainan
tidur seringkali muncul pada orang yang menderita kelainan fisik maupun jiwa.
Paper ini akan membahas mengenai fisiologis tidur, factor-faktor yang
mempengaruhi tidur, irama sirkadian, dan masalah tidur.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan berbagai masalah yaitu :
1. Apakah
pengertian dari tidur itu sendiri ?
2. Bagaimanakah
fisiologi dari tidur ?
3. Bagaimanakah
faktor-faktor yang mempengaruhi fisiologi tidur ?
4. Bagaimanakah
irama sirkadian terhadap tidur ?
5. Bagaimanakan
gangguan atao masalah dari tidur ?
1.3 TUJUAN
Pembuatan paper ini bertujuan supaya
penulis maupun pembaca dapat mengetahui tentang pengertian dari tidur,
fisiologi tidur, factor-faktor yang dapat mempengaruhi proses tudur, serta
untuk dapat mengetahui pengaruh irama sirkadian terhadap tidur, dan masalah
gangguan tidur.
1.4 MANFAAT
Setelah paper ini selesai,
diharapkan paper ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca segi
pengetahuan dan penulis maupun pembaca dapaet mengetahui dan memahami tentang
pengertian dari tidur, fisiologi tidur, factor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses tudur, serta untuk dapat mengetahui pengaruh irama sirkadian terhadap
tidur, dan masalah gangguan tidur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
TIDUR
Tidur merupakan keadaan tidak sadar
yang relatif lebih responsif terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur
dengan keadaan tidak sadar lainnya adalah pada keadaan tidur siklusnya dapat
diprediksi dan kurang respons terhadap rangsangan eksternal. Otak
berangsur-angsur menjadi kurang responsif terhadap rangsang visual, auditori
dan rangsangan lingkungan lainnya. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang
dimulai dari input sensoric walaupun mekanismeinisiasi aktif juga mempengaruhi
keadaan tidur. Faktor homeostatik (faktor S) maupun faktor sirkadian (faktor C)
juga berinteraksi untuk menentukan waktu dan kualitas tidur.
FUNGSI TIDUR
Fungsi tidur adalah restorative
(memperbaiki) kembali organ – organ tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali
tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan Nonrapid Eye Movement
(NREM). Nonrapid Eye Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan sintesis
makromolekul ribonukleic acid (RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi pembentukan
hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain
fungsi di atas tidur, dapat juga digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan
pada tubuh yaitu terdapatnya gangguan tidur yang menjadi peringatan dini
keadaan patologis yang terjadi di tubuh.
2.2 FISIOLOGI
TIDUR
Tidur adalah suatu periode istirahat
bagi tubuh berdasarkan atas kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau
sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga digambarkan
sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan
gerakan tetapi bersifat reversible terhadap rangsangan dari luar.
Tidur dibagi menjadi dua tahap
secara garis besarnya yaitu :
1. Fase rapid
eye movement (REM) disebut juga active sleep.
2. Fase nonrapid
eye movement (NREM) disebut juga quiet sleep.
Non Rapid Eye Movement merupakan
keadaan aktif yang terjadi melalui osilasi antara talamus dan korteks. Tiga
sistem utama osilasi adalah kumparan tidur, delta osilasi, dan osilasi kortikal
lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah cirri tahap tidur NREM yang dihasilkan
dari hiperpolarisasi neuron GABAnergic dalam nukleus retikulotalamus.
Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron kortikotalamus. Sebagai
penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus akan kembali ke sinkronisasi
talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh interaksi dari retikulotalamus dan
sumber piramidokortikal sedangkan osilasi kortikal lambat dihasilkan di
jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan depolarisasi
Fase awal tidur didahului
oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti
oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru
lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun
9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan
kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam 4
stadium yaitu:
1. Tidur stadium Satu.
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan
fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot
berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya
berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya
terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan
amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan
kompleks K
2. Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata
berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase
pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya
gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K
3. Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase
sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara
25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle.
4. Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar
dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak
gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70
menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam
pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang
saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola
mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir
semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada
laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam.
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal
bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada
EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan
pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini
sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal
tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan
distribusi fase tidur sebagai berikut:
- NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4
: 13%
- REM; 25 %.
Pada manusia, tidur dibagi menjadi lima fase yaitu :
1. Tahapan
terjaga
Fase ini disebut juga fase nol yang ditandai dengan
subjek dalam keadaan tenang mata tertutup dengan karakteristik gelombang alfa
(8–12,5 Hz) mendominasi seluruh rekaman, tonus otot yang tinggi dan beberapa
gerakan mata. Keadaan ini biasanya berlangsung antara lima sampai sepuluh
menit.
2. Fase 1
Fase ini merupakan fase perpindahan dari fase jaga ke
fase tidur disebut juga twilight sensation. Fase ini ditandai dengan
berkurangnya gelombang alfa dan munculnya gelombang teta (4-7 Hz), atau disebut
juga gelombang low voltage mix frequencies (LVM). Pada EOG tidak tampak kedip mata
atau REM, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi
penurunan potensial EMG. Pada orang normal fase 1 ini tidak berlangsung lama
yaitu antara lima sampai sepuluh menit kemudian memasuki fase berikutnya.
3. Fase 2
Pada fase ini, tampak kompleks K pada gelombang EEG,
sleep spindle (S) atau gelombang delta (maksimum 20%). Elektrokulogram sama
sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah
dari fase 1. Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20
sampai 40 menit dan bervariasi pada tiap individu.
4. Fase 3
Pada fase ini gelombang delta menjadi lebih banyak
(maksimum 50%) dan gambaran lain masih seperti pada fase 2. Fase ini lebih lama
pada dewasa tua, tetapi lebih singkat pada dewasa muda. Pada dewasa muda
setelah 5 –10 menit fase 3 akan diikuti fase 4.
5. Fase 4
Pada fase ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang
delta (gelombang delta 50%) sedangkan gambaran lain masih seperti fase 2. Pada
fase 4 ini berlangsung cukup lama yaitu hampir 30 menit.
6. Fase REM .
Gambaran EEG tidak lagi didominasi oleh delta tetapi
oleh LVM seperti fase 1, sedangkan pada EOG didapat gerakan mata (EM) dan
gambaran EMG tetap sama seperti pada fase 3. Fase ini sering dinamakan fase REM
yang 6 biasanya berlangsung 10 –15 menit. Fase REM umumnya dapat dicapai dalam
waktu 90-110 menit kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan fase 2 sampai
fase 4 yang lamanya 75-90 menit. Setelah itu muncul kembali fase REM kedua yang
biasanya lebih lama dari eye movement (EM) dan lebih banyak dari REM pertama.
Keadaan ini akan berulang kembali setiap 75 – 90 menit tetapi pada siklus yang
ketiga dan keempat , fase 2 menjadi lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi
lebih pendek. Siklus ini terjadi 4 – 5 kali setiap malam dengan irama yang
teratur sehingga orang normal dengan lama tidur 7 – 8 jam setiap hari terdapat
4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75 – 90 menit.
Waktu tidur
Waktu tidur dapat dibagi tiga bagian
yaitu sepertiga awal, sepertiga tengah, sepertiga akhir. Pada orang normal,
sepertiga awal tidur lebih banyak dalam fase 3 dan 4, sepertiga tengah lebih
banyak tidur dangkal (fase 2) serta sepertiga akhir lebih banyak fase REM.
Siklus tidur pada tiap individu berbeda dan relative dipengaruhi oleh usia,
sebagai contoh pola tidur pada laki – laki muda (20 – 29 tahun ), pertengahan
(40-49 tahun) dan tua (70 – 90 tahun) akan memberikan gambaran pola tidur yang
berbeda.1,5 Pertambahan umur seseorang dapat menyebabkan total waktu tidur
menurun sedangkan waktu terjaga tetap. Pada orang tua tidur sering terlihat
gelisah dan waktu terjaganya menjadi lebih lama. Sedangkan pada orang muda 15%
waktu tidurnya dihabiskan pada fase 4. Fase 4 biasanya tidak ditemukan pada
orang tua, demikian juga lama fase REM akan mengalami penurunan yaitu 28 % dari
pascapubertas menjadi 18% pada orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa tidur
menjadi lebih singkat sehingga menyebabkan berkurangnya kesegaran sesuai
bertambahnya usia.
2.3 FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI TIDUR
Kualitas dan kuantitas tidur
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya
kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat memengaruhinya adalah :
1. Penyakit
Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
2. Latihan dan
kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat
memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah
dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan
aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk
dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
3. Stres psikologis
Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang
akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan
mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
4. Obat
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan RF:M sehingga mudah mengantuk.
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan RF:M sehingga mudah mengantuk.
5. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka sescorang tersebut akan mempercepat proses tcrjadinya tidur, karcna dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi prosca tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka sescorang tersebut akan mempercepat proses tcrjadinya tidur, karcna dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi prosca tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
6. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat mcnimbulkan gangguan proses tidur.
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat mcnimbulkan gangguan proses tidur.
2.4 IRAMA
SIRKARDIAN TERHADAP TIDUR
Irama sirkadian tidur merupakan
salah satu dari beberapa irama intrinsik tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
Jalur rethinohypothalamic memberikan rangsang secara langsung terhadap nucleus
suprachiasma. Penurunan irama sirkadian sebelum pagi hari diperkirakan berguna
untuk membantu otak agar tetap tidur selama semalam sehingga terjadi restorasi
penuh dan mencegah kebangkitanprematur. Siklus suhu tubuh juga terjadi dibawah
kendali hipothalamus. Peningkatan suhu tubuh terjadi sepanjang siang hari dan
penurunan terjadi sepanjang malam. Suhu puncak dan penurunannya diperkirakan
mencerminkan irama tidur. Orang yang aktif di malam hari memiliki puncak suhu
tubuh di malam hari sementara mereka yang menempatkan diri untuk aktif pada
pagi hari memiliki puncak suhu tubuh pada awal malam. Individu normal yang
sehat memiliki variasi sirkadian pada arus puncak ekspirasi maksimal (PEFR)
yaitu mencapai puncaknya pada sore hari dan nilai terendah pada pukul empat
dini hari. Besarnya perubahan PEFR lebih tinggi pada penderita asma
dibandingkan individu normal. Paru dan organ efektor lainnya menunjukkan
variasi bentuk dan waktu respon sirkadian yang jelas. Kadar kortisol dan
epinefrin pada penderita asma akan menunjukkan nilai terendah sekitar tengah
malam sampai pukul 05.00 pagi
2.5 GANGGUAN
TIDUR
1.
Dissomnia
Adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur (failling as sleep),
mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep), bangun
terlalu dini atau kombinasi di antaranya.
A. Gangguan tidur spesifik
• Narkolepsi
Ditandai oleh serangan
mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada siang hari, biasanya hanya
berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan
segar kembali dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya
menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Pada serangan tidur dimulai dengan fase
REM.
Berbagai bentuk
narkolepsi:
- Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan
tonus otot yang sementara baik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw
drop, head drop
- Hypnagogic halusinasi auditorik/visual
adalah halusinasi pada saat jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga,
kemudian ke kerangka pikiran normal.
- Sleep paralis adalah otot volunter
mengalami paralis pada saat masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu
menggerakkan ototnya.
• Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodic limb
movement disorders) / mioklonus nortuknal
Ditandai adanya gerakan
anggota gerak badan secara streotipik, berulang selama tidur. Paling sering
terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki. Bentuknya berupa
sktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada sendi lutut dan tumit. Gerak itu
berlangsung antara 0,5 - 5 detik, berulang dalam waktu 20 - 60 detik atau
mungkin berlangsung terusmenerus dalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik
lebih sering dari pada mioklonus.
Sering timbul pada fase
NREM atau saat onset tidur sehingga menyebabkan gangguan tidur kronik yang
terputus. Lesi pada pusat kontrol pacemaker batang otak. Insidensi 5% dari
orang normal antara usia 30-50 tahun dan 29% pada usia lebih dari 50 tahun.
Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah gerakan yang terjadi
selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan, 25-50 gerakan/jam: sedang,
danlebih dari 50 kali/jam : berat. Didapatkan pada penyakit seperti mielopati
kronik, neuropati, gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid arteritis, sleep
apnea, ketergantungan obat, anemia.
• Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/Ekboms syndrome
Ditandai oleh rasa
sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum onset tidur. Gangguan ini sangat
berhubungan dengan mioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik
disertai dengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri dan kanan
sehingga penderita selalu mendorong-dorong kakinya. Ditemukan pada penyakit
gangguan ginjal stadium akut, parkinson, wanita hamil. Lokasi kelainan ini
diduga diantara lesi batang otakhipotalamus
• Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)
Terdapat tiga jenis
sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway obstructive apnea dan
bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang
terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan
apnea tidur patologis jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang
lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam. Selama periodik
ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan.
Apnea sentral sering
terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermiten penurunan kemampuan
respirasi akibat penurunan saturasi oksigen. Apnea sentral ditandai oleh
terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur,
sehingga pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan
kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia.
Gangguan saluran nafas
(upper airway obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan
pernafasan selama apnea, peningkatan usahas otot dada dan dinding perut dengan
tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila
memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap
atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara
kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat
pasien tidak mendengkur. Akibat hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan
respirasi lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat
respirasi medula, dengan akibat pasien terjaga danrespirasi kembali normal
secara reflek.
Baik pada sentral atau
obstruksi apnea, pasien sering terbangun berulang kali dimalam hari, yang
kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur. Gangguan ini sering ditandai
dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan pada pagi hari. Pada anak-anak
sering berhubungan dengan gangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi
syndrome, adenotonsilar hypertropi. Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas
septal defek, hipotiroid, atau bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi,
stroke, GBS, arnord chiari malformation.
• Paska trauma kepala
Sebagian besar pasien
dengan paska trauma kepala sering mengeluh gangguan tidur. Jarak waktu antara
trauma kepala dengan timbulnya keluhan gangguan tidur setelah 2-3 tahun
kemudian. Pada gambaran polysomnography tampak penurunan fase REM dan
peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga menunjukkan bahwa fase koma
(trauma kepala) sangat berperan dalam penentuan kelainan tidur. Pada penelitian
terakhir menunjukkan pasien tampak selalu mengantuk berlebih sepanjang hari
tanpa diikuti oleh fase onset REM. Penanganan dengan proses program
rehabilitasi seperti sleep hygine. Litium carbonat dapat menurunkan angka
frekwensi gangguan tidur akibat trauma kepala.
B. Gangguan tidur irama
sirkadian
Sleep wake schedule
disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat
tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tatap.
Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.
Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur
badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal
fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana
sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus
irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian
antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing
irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan
irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat
dikategorikan dua bagian :
1. Sementara (acut work shift, Jet lag)
2. Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur
sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan
pada fase REM
Berbagai macam gangguan tidur gangguan
irama sirkadian adalah sebagai berikut :
1. Tipe fase tidur
terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh
waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering
ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang-orang tersebut
sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia
sekunder).
2. Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam
setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone
waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang
terputus-putus.
3. Tipe pergeseran kerja
(shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang tg
secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi
jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik
seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola
tidur normal dengan onset tidur fase REM.
4. Tipe fase terlalu cepat
tidur (advanced sleep phase syndrome).
Tipe ini sangat jarang, lebih sering
ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan
terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya.
Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian
yang tidak sesuai.
5. Tipe bangun-tidur
beraturan
6. Tipe tidak tidur-bangun
dalam 24 jam.
C. Lesi susunan saraf pusat
(neurologis)
Sangat jarang. Les
batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau memelihara selama tidur, ini
merupakan gangguan tidur organik. Feldman dan wilkus et al menemukan fase tidur
pada lesi atau trauma daerah 8 ventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap tetapi
fase REM berkurang atau tidak ada sama sekali. Penderita chroea ditandai dengan
gangguan tidur yang berat, yang diakibatkan kerusakan pada raphe batang otak.
Penyakit seperti Gilles de la Tourettes syndrome, parkinson, khorea, dystonia,
gerakan-gerakan penyakit lebih sering timbul pada saat pasien tidur. Gerakan
ini lebih sering terjadi pada fase awal dan fase 1 dan jarang terjadi pada fase
dalam. Pada dememsia sinilis gangguan tidur pada malam hari, mungkin akibat
diorganisasi siklus sirkadian, terutama perubahan suhu tubuh. Pada penderita
stroke dapat mengalami gangguan tidur, bila terjadi gangguan vaskuler didaerah
batang otak epilepsi seringkali terjadi pada saat tidur terutama pada fase NREM
(stadium ½) jarang terjadi pada fase REM.
D. Gangguan kesehatan, toksik
Seperti neuritis, carpal
tunnel sindroma, distessia, miopati distropi, low back pain, gangguan metabolik
seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik, asma, penyakit, ulkus
peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi sering menyebabkan gangguan tidur
seperti yang ditunjukkan mioklonus nortuknal.
E. Obat-obatan
Gangguan tidur dapat
disebabkan oleh obat-obatan seperti penggunaan obat stimulan yang kronik
(amphetamine, kaffein, nikotine), antihipertensi, antidepresan, antiparkinson,
antihistamin, antikholinergik. Obat ini dapat menimbulkan terputus-outus fase
tidur REM.
2.
PARASOMNIA
Yaitu merupakan kelompok
heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang berlangsung pada
malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini
sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku danaksi motorik
potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian,
Insidensi ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan
mengalami perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama
presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alcohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Kelainan ini terletak
pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara bangun dan
tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom.
Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan
amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
• Gangguan tidur berjalan (slepp walkin)/somnabulisme
Merupakan gangguan
tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanya automatis dan semipurposeful
aksi motorik, seperti membuk apintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur,
menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa
menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat
dengan gelombang tidur yang rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama
tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak memberikan
respon terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya dan dapat
dibangunkan susah payah.
• Gangguan teror tidur (slee teror)
Ditandai dengan pasien
mendadak berteriak, suara tangisan dan berdiri ditempat tidur yang tampak
seperti ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang
berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita
tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering diikuti tidur
berjalan. Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalan baik secara klinis
maupun dalam pemeriksaan polisomnografy. Teror tidur mungkin mencerminkan suatu
kelainan neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus ini sering kali terjadi
perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi,
dan sesak nafas.
• Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM
Ini meliputi gangguan
tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan sinus arrest. Gangguan tingkah laku ini
ditandai dengan atonia selama tidur (EMG) dan selanjutnya terjadi aktifitas
motorik yang keras, episode ini sering terjadi pada larut malam (1/2 dari larut
malam) yang disertai dengan ingat mimpi yang jelas. Paling banyak ditemukan
pada laki-laki usia lanjut, gangguan psikiatri atau dengan janis
penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol. Kemungkinan lesinya terletak
pada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus seperti perdarahan
subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM burst dan mioklonik potensial
pada rekaman EMG.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
ü Tidur
merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsang
internal.
ü Tidur dibagi
menjadi dua tahap secara garis besarnya yaitu fase rapid eye movement (REM)
disebut juga active sleep, fase nonrapid eye movement (NREM) disebut juga quiet
sleep.
ü Faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur yaitu : penyakit, latihan dan kelelahan, stres
psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi.
ü Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana
penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun
jumlah tidurnya tatap.
ü Gangguan fungsi tidur ada 2 yaitu dissomnia dan parasomnia.
3.2 SARAN
Saran penulis kepada pembaca yaitu untuk mendapatkan
materi tentang tidur, diharapkan mencari literature yanglebih banyak agar
pngetahuan yang didapat semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William. F. 2008. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi 20. EGC : Jakarta
Harrison. 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Volume 1 edisi 13. EGC : Jakarta.
Hidayat, Musrifatul. 2008.
Keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
catatan kaki nya perlu d perjelas
BalasHapusThanks infonya, menarik banget. Oiya ngomongin jam tidur, ternyata orang-orang sukses punya polanya sendiri loh yang bisa kamu contoh. Mau tau kayak gimana? Cek di sini ya: Jam tidur orang-orang sukses
BalasHapus